Jumat, 24 April 2015

Smart

Salam Energize, 
Orang yang smart memahami tujuan yang ingin dicapai, oleh sebab itu dia tahu mana yang jadi prioritas dan dia selalu mencari cara baru yang lebih baik untuk mencapai tujuan (Alex  J. Sinaga, CEO Telkom Group)






Smart itu ibarat elang menerkam mangsa  tepat sasaran dan tepat waktu. Smart berarti memahami tujuan, tahu prioritas dan selalu mencari cara baru, maka perlu ditumbuhkan creativity pada mind-set karyawan dengan cara memberikan stimulus-stimulus yang beraneka ragam (termasuk warna-warni dan berbagai bentuk dekorasi) agar tercipta suasana yang tidak hanya menyenangkan, tetapi juga secara tidak langsung menumbuhkan sense creativity. Nuansa yang bersifat Youth merupakan perwujudan dari semangat karyawan dalam mencitrakan dan menghayati pencanangan perusahaan  sebagai Digital Company  di era digital yang dicirikan dengan kreatifitas, smart, muda dan dinamis.

Why :  Mengapa Smart  itu Penting ? Dinamika bisnis saat ini menuntut kecerdasan mengelola sensasi pelanggan, melalui sensasi pelanggan banyak ide kreatif yang bisa dikembangkan untuk memuaskan dan mempertahankan pelanggan potensial agar pertumbuhan berkelanjutan dapat dijaminkan. Untuk memenuhi tuntutan keinginan dan kebutuhan pelanggan, produsen tidak cukup memberi layanan hanya untuk memenuhi fungsi saja (Fungtional Benefit) juga harus memikirkan untuk memenuhi emosi pelanggan (Emotional Benefit) bahkan sampai kebutuhan sensasi pelanggan melalui pemenuhan  emosi terdalam pelanggan (Hedonic Benefit). Inilah alasan mengapa Smart itu penting.


How :  Bagaimana mengaktivkannya  ?
1. Need & Want. Dalam arti bagaimana memahami dan mengidentifikasi dinamika perilaku pelanggan dalam memenuhi keinginan dan kebutuhannya.
2. Customer Value Creation. Dalam arti bagaimana menciptakan produk dan layanan yang relevan dipasar untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan pelanggan secara tepat sasaran dan tepat waktu.
3. Continuious Improvment. Dalam arti bagaimana memberi solusi cerdas melalui kreativitas dan inovasi yang menghasilkan terobosan atau breakthrough yang di impresikan dalam aksi nyata.

5 Tantangan Membangun Pilar Smart
1. Membangun iklim kerja yang inovatif dan kreatif.
2. Membangun kultur kolaborasi dengan semangat berbagi.
3. Menyebarluaskan semangat unggul untuk menjadi bintang di persaingan.
4. Disiplin memengang prinsip kebenaran.
5. Belajar dari Seni Perang Sun Tzu untuk memenangkan persaingan. 

1. Membangun iklim kerja yang inovatif dan kreatif.  Menurut para ahli, seseorang yang kreatif selalu melihat segala sesuatu dengan cara berbeda dan baru, dan biasanya tidak dilihat oleh orang lain. Orang yang kreatif, pada umumnya mengetahui permasalahan dengan sangat baik dan disiplin, biasanya dapat melakukan sesuatu yang menyimpang dari cara-cara tradisional. Proses kreativitas melibatkan adanya ide-ide baru, berguna, dan tidak terduga tetapi dapat diimplementasikan. Secara umum tahapan kreativitas dapat dibagi dalam 4 tahap: Exploring, Inventing, Choosing dan Implementing.
i) Exploring. Pada tahap ini identifikasi hal-hal apa saja yang ingin dilakukan dalam kondisi yang ada saat ini. Sekali mereka mendapatkan jawaban dari pertanyaan tersebut maka proses kreativitas sudah dimulai.Hal penting yang harus diperhatikan pada saat ini adalah menciptakan iklim yang menunjang proses berpikir kreatif ii) Inventing. Pada tahap ini, sangat penting bagi perusahaan untuk melihat atau mereview berbagai alat, teknik dan metode yang telah dimiliki yang mungkin dapat membantu dalam menghilangkan cara berpikir yang traditional. 
iii) Choosing. Pada tahap ini perusahaan mengidentifikasi dan memilih ide-ide yang paling mungkin untuk dilaksanakan. 
iv) Implementing. Tahap akhir untuk dapat disebut kreatif adalah bagaimana membuat suatu ide dapat diimplementasikan. Seseorang bisa saja memiliki ide cemerlang, tetapi jika ide tersebut tidak dapat diimplementasikan, maka hal itu menjadi sia-sia saja. Sama saja dengan syair lagu "layu sebelum berkembang". 

2. Membangun kultur kolaborasi dengan semangat berbagi. Di era Internet seperti sekarang ini, era yang menyuguhkan konektivitas, perusahaan sebaiknya menggarap inovasi itu secara kolaboratif. Dengan memanfaatkan konektivitas tersebut – konektivitas antarpemain, antaranggota tim, antarsumber daya – perusahaan secara bersama-sama melahirkan inovasi. Dalam konteks ini, perlu dibangun apa yang namanya Innovation Hub. Innovation Hub tersebut benar-benar fokus dan mumpuni, perusahaan harus mengumpulkan sumber-sumber daya terbaik – khususnya SDM—dalam lingkaran utama inovasi tersebut. Perusahaan harus bisa menciptakan konektor bagi orang-orang terbaiknya, baik yang terpencar di berbagai belahan dunia atau yang masuk dalam hierarki perusahaan. Keberadaan konektor ini dimaksudkan sebagai media kolaborasi untuk berbagi ide inovasi. Ada banyak cara untuk membangun konektivitas antar agen inovasi tersebut. Salah satunya, jejaring sosial internal perusahaan. Jejaring sosial internal itu bisa dibangun secara lebih terstruktur, lebih khusus, dan selalu digerakkan oleh tujuan yang sudah ditetapkan, terutama ketika mau membahas soal merek, ide-ide inovasi, maupun pasar. Microsoft, misalnya, berhasil membangun komunitas khusus bernama Digital Leads. Komunitas ini berisi para pakar digital maupun media sosial yang berkumpul bersama baik secara fisik maupun virtual untuk menentukan pemasaran media sosial bagi perusahaan. Lain lagi dengan Kraft. Kraft mengelola jejaring kolaboratif  lintas kategori yang dinamakan Global Category Teams (GCT). GCT ini menjadi media bagi Kraft dalam pengembangan bisnis biskuit, permen, dan sebagainya. 

3. Menyebarluaskan semangat unggul untuk menjadi bintang di persaingan. Perkembangan era globalisasi saat ini ditandai dengan berbagai kemajuan pada seluruh aspek kehidupan umat manusia. Tidak dapat dipungkiri bahwa arus globalisasi terus berjalan tanpa henti. Kata kunci globalisasi adalah kompetisi. Dalam kompetisi, yang keluar sebagai pemenang adalah individu, generasi, masyarakat, dan bangsa yang terbaik dari sisi pengetahuan, teknologi, jaringan (networking), kualitas produk, pelayanan, integritas, kompetensi, kapabilitas, dan akuntabilitas.

4. Disiplin memengang prinsip kebenaran.  Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawab. Disiplin ini berhubungan erat dengan wewenang. Apabila wewenang tidak berjalan dengan semestinya, maka disiplin akan hilang. Oleh karena ini, pemegang wewenang harus dapat menanamkan disiplin terhadap dirinya sendiri sehingga mempunyai tanggung jawab terhadap pekerjaan sesuai dengan wewenang yang ada padanya. Disiplin   sangat   penting  artinya  bagi  kehidupan manusia, karena itu, ia harus ditanamkan secara terus-menerus agar disiplin menjadi kebiasaan. Orang-orang yang berhasil dalam bidang pekerjaan, umumnya mempunyai kedisiplinan yang tinggi, sebaliknya orang yang gagal pada umumnya tidak disiplin. Makna disiplin secara istilah berasal dari istilah bahasa inggris yaitu: “dicipline berarti: 1) Tertib, taat atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri, kendali diri ; 2). Latihan membentuk, meluruskan atau menyempurnakan sesuatu, sebagai kemampuan mental atau karakter moral: 3). Hukuman yang diberikan untuk melatih memperbaiki: 4).  Kumpulan atau  sistem  peraturan-peraturan bagi tingkah laku.
Menurut IG Wursanto dalam buku Dasar-Dasar Manajemen Personalia merumuskan “Disiplin merupakan suatu bentuk ketaatan dan pengendalian diri yang rasional, sadar penuh, tidak memaksakan perasaan sehingga tidak emosional” 23 Demikian  juga  pendapat searah dilontarkan oleh  A. Tabrani Rusyan,  dkk. yang  menyatakan  bahwa  disiplin  adalah: ” suatu perbuatan yang mentaati, mematuhi tertib akan aturan, norma dan kaidah-kaidah yang berlaku baik dimasyarakat maupun ditempat kerja”. Sun Tzudalam bukunya Art Of War, menyatakan bahwa segala macam kebijakan tidak akan mempunyai arti jika tidak didukung oleh disiplin dan pelaksanaannya. Theo Haiman, mengatakan bahwa disiplin adalah suatu kondisi yang tertib.. Soegeng Prijodarminta, mengatakan disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan dan ketertiban. Disiplin dalah kunci sukses, sebab dalam disiplin akan tumbuh sifat yang teguh dalam memegang prinsip, tekun dalam usaha, pantang mundur dalam kebenaran

5. Belajar dari Seni Perang Sun Tzu untuk memenangkan persaingan. Persaingan di dunia usaha bagaikan peperangan, karena itulah kitab panduan perang paling terkenal "Seni Perang Sun Tzu" telah lama diterapkan oleh banyak entrepeneur dalam dunia bisnis. Meskipun memuat 36 ayat dalam kitabnya, pada dasarnya strategi perang Sun Tzu memuat 3 pokok utama yaitu: mengenali diri sendiri, mengenali musuh, dan mengenali medan tempur. Tiga ajaran itu pula yang bisa diterapkan dalam menghadapi kerasnya persaingan usaha sebagai entrepeneur di masa kini..
Pertama, mengenali diri sendiri. Dari berbagai figur bisnis di sekitar kita, saat ini sebetulnya kita bisa lebih mudah belajar memahami diri, untuk kemudian fokus memperkuat kemampuan yang bisa dikembangkan secara maksimal dan menggunakannya secara tepat dalam bisnis. Kerja keras, kegigihan belajar, karakter "Bisa", komunikasi interpersonal, keterbukaan pemikiran, adalah beberapa karakter kunci seorang Entrepreneur untuk bertahan dan mengembangkan usaha dalam persaingan bisnis yang semakin ketat.Termasuk diantara mengenali diri adalah memahami produk yang ditawarkan. Tidak bisa disangkal, produk yang berkualitas adalah senjata paling ampuh dalam memenangkan persaingan. Menempatkan keunggulan produk seperti: lebih awet, lebih ramah lingkungan, lebih mudah digunakan, lebih indah, lebih sederhana, dan lain-lain akan menjadi nilai tambah yang menjadi faktor pembeda diantara produk para pesaing.
Kedua, mengenali pesaing. Dalam dunia usaha, ada dua tipe pesaing yaitu pesaing langsung dan pesaing tidak langsung. Pesaing langsung dicirikan dengan kesamaan produk. Misalnya merk kopi susu instan Black harus bersaing dengan kopi susu instan Grey. Sementara itu, sebuah produk juga harus berhadapan dengan pesaing tidak langsung yang menyasar pangsa pasar yang sama dengan produk yang berbeda. Misalnya kopi susu instan Black melawan minuman coklat lezat Blue.
Seorang entrepreneur dituntut untuk peka dan mampu menempatkan pesaing tetap dalam jangkauan radar, lalu menyusun strategi yang tepat dalam menghadapinya. Banyak usaha kecil berhasil memenangkan pertarungan melawan raksasa bisnis karena memperkuat pelayanan, kecepatan respon pelanggan, maksimisasi pemanfaatan teknologi dan kecepatan untuk beradaptasi menghadapi perubahan, yang umumnya tidak mudah dilakukan oleh pesaing berukuran besar.
Ketiga, mengenali medan tempur. Medan tempur sesungguhnya dalam persaingan usaha adalah merebut kepercayaan konsumen. Ada pepatah mengatakan "konsumen adalah raja", maka mengenali kebutuhan dan keinginan para raja inilah yang menjadi kunci utama memperoleh pasar untuk memenangkan persaingan.

Learning Point :  Pembelajaran apa yang diharapkan dari  Smart ini ? Dengan membangun tim yang Smart diharapkan memiliki semangat berfikir dan bertindak secara cerdas dalam pekerjaan untuk membangun prinsip to be the star. JHM