Kamis, 26 Februari 2015

Totalitas

Salam Energize,
Totalitas adalah mendedikasikan seluruh potensi dan kemampuan yang dimilikinya untuk mewujudkan yang terbaik. (The Telkom Way)

Video berikut ini memberi pemahaman praktis Mengapa Totalitas itu penting ? Mari kita saksikan video berikut ini





Totalitas itu ibarat pendaki gunung yang mendedikasikan seluruh potensi dan kemampuannya untuk mencapai puncak tertinggi.




Why :  Mengapa  Totalitas itu Penting ?  Totalitas itu penting agar energi yang keluar baik secara personal maupun secara korporasi menjadi maksimal dan terarah pada tujuan dan sasaran yang mau dicapai.

How :  Bagaimana mencapainya  ?
1. Calling. Memiliki dasar keyakinan panggilan berkarya yang agung dan mulia yang didorong oleh motivasi dari dalam diri sendiri.

2. Go to Next Level. Seperti karakter pendaki gunung, setelah berhasil mendaki puncak yang disasar, di puncak itu bersama tim akan membangkitkan keinginan mendaki gunung berikutnya yang lebih tinggi lagi.  Mereka akan berkata “Let’s Go To Next Level”

3. Legacy. Kegembiraan para pendaki gunung adalah menancapkan bendera merah putih dipuncak gunung yang baru berhasil ditaklukkan sebagai warisan, jejak dan tanda bahwa gunung ini sudah  ditaklukkan dan tidak menjadi simbol tantangan lagi. 

5 Tantangan Membangun Totalitas Tim :
1. Saling percaya dan bisa dipercaya. Bila kita menyimak suatu syair lagu: “Bila kita saling percaya dan bekerjasama. Dalam s’mangat dan ketekunan, dan kita bersatu....” hati kita, jiwa kita seperti tersentuh. Ada tiga hal pokok yang harus bersinergi satu sama lain. Tumbuhnya rasa saling percaya hendaknya dipupuk dengan bekerjasama. Pihak-pihak yang mengharapkan tumbuhnya rasa saling percaya tersebut harus berusaha mewujudkan dalam ketekunan, dan semua itu membutuhkan persatuan. Begitu siklus rasa saling percaya itu tumbuh dan berkembang.

2. Kerjasama dengan sesama dan pemimpin. Membangun sebuah kerjasama dengan sesama dan pemimpin menjadi sebuah tim yang solid adalah hal yang wajib dan sangat penting dilakukan, karena keberhasilan sebuah perusahaan bergantung pada kerjasama tim yang solid. Kerjasama tim di dalam perusahaan bukan hanya dibangun pada satu divisi saja tetapi harus dibangun antar sesama divisi yang saling berkolaborasi sehingga sebuah kegiatan operasional dapat dilakukan dengan baik. Bayangkan jika sebuah kegiatan operasional perusahaan tidak berjalan karena tidak adanya kerjasama yang baik antar divisi perusahaan, tentu saja perusahaan akan menderita kerugian yang begitu besar.

3. Persiapan dan perencanaan yang matang. Secara statistik hampir seluruh kegagalan bisnis kecil dan menengah disebabkan karena tidak adanya atau kurang efektifnya perencanaan bisnis yang di buat. Asumsi-asumsi seperti kapasitas produksi, tingkat utilisasi produksi, proyeksi kenaikan harga dan biaya dan aspek lainnya dalam perencanaan bisnis haruslah menggambarkan secara akurat realitas pasar atau praktek yang ada dalam suatu industri. Sistematika perhitungan dan proyeksi pendapatan dan biaya harus dibuat secara tepat sehingga membantu  menghitung secara akurat kebutuhan modal investasi dan modal kerja termasuk struktur biaya untuk persiapan awal, tahap percobaan, produksi secara komersial, inventori, distribusi, pemasaran, administrasi, sumber daya manusia dan juga komponen pendapatan usaha yang terdiri dari pendapatan inti dan tambahan. Pemahaman yang baik atas hal ini juga akan membantu calon entrepreneur untuk dapat mengindentifikasi potensi resiko bisnis, manajemen dan keuangan dan membuat langkah-langkah pengendalian untuk dapat menghindari setiap resiko tersebut.

4. Mentalitas yang kuat untuk menghadapi rintangan dan tantangan. Ada pepatah dalam filsafat kuno Stoicisme, "Tidak ada yang baik atau buruk, hanya ada persepsi," yang kemudian bergema seiring terkenalnya Shakespeare, "Tidak ada yang baik atau buruk, tapi berpikir membuatnya begitu." Cara kita memandang situasi memiliki kekuatan yang luar biasa untuk membantu atau merugikan kita. Begitu sering, kita bereaksi secara emosional dan penilaian negatif. Kunci pertama untuk mengatasi tantangan ini adalah untuk melihat hal-hal secara objektif. Mentalitas yang kuat untuk menghadapi rintangan dan tantangan ditentukan oleh  tiga hal: persepsi, tindakan, dan kemauan. 

5. Menemukan hadiah yang tidak ternilai, mungkin tidak berwujud. Sebuah hadiah yang indah dan tak ternilai, tidak selalu harus berupa barang mewah atau yang dapat dinilai dengan uang, namun sesuatu yang berasal dari hati yang tulus. Misalnya,  
- Hadiah waktu. Salah satu hadiah terbesar yang bisa di berikan kepada seseorang adalah waktu Anda. Berikanlah waktu untuk mendengarnya bercerita, mendengarkan keluh kesahnya, impian-impiannya ataupun pengalaman hidupnya. Berikanlah telinga Anda, hati Anda, dan juga kasih yang tulus untuknya. 
 - Hadiah pujian. Pujian dapat membangkitkan semangat dan membantu seseorang mencapai kemaksimalan hidup. Berikanlah dengan murah hati kepada orang-orang yang Anda kenal setiap hari. 
- Hadiah kasih sayang. Banyak orang yang haus akan kasih, tunjukkan kasih sayang yang tulus kepada keluarga, sahabat, rekan kerja bahkan orang asing. Anda bisa ungkapkan dengan sebuah pelukan kepada pasangan Anda, sebuah jabat tangan hangat kepada rekan kerja, ataupun sebuah senyuman kepada seseorang yang belum Anda kenal. 
- Hadiah doa. Ini adalah sebuah hadiah yang sangat murni dan mahal, karena yang tahu hanyalah Anda dan Tuhan. Walau orang yang Anda doakan tidak tahu, namun hal itu akan berdampak bagi hidupnya. Bahkan, Anda pun akan menerima berkat atas setiap doa-doa yang Anda panjatkan bagi orang lain. 

Learning Point :  Pembelajaran apa yang diharapkan dari  Totalitas ini ? Dengan Totalitas yang tulus dan ikhlas,  diharapkan memiliki keyakinan dan philosopy to be the best untuk membangun semangat always the best. JHM

Artikel Terkait : Solid http://jhmanurung.blogspot.com/2015/03/solid.html


Senin, 23 Februari 2015

Antusiasme

Salam Energize,
Enthusiasm adalah keinginan (desire) yang melahirkan kesungguhan (passion) karena adanya sebuah harapan (hope) tertinggi untuk menjadi yang terbaik (The Telkom Way)

Video berikut ini memberi pemahaman praktis Apa dan Mengapa Antusiasme itu penting ? Mari kita saksikan video berikut ini


Enthusiasm atau Antusiasme berasal dari kata En yaitu In yang berarti di dalam dan Thuas yaitu Theos yang berarti Tuhan. Antusiasme  bermakna Spirit Tuhan ada di dalam diri. Antusiasme itu ibarat cahaya akan semakin terang di situasi gelap.

Why :  Mengapa Antusiasme itu Penting ? Diera digital ini, dunia semakin VUCAT yaitu V = Volatility dalam arti rapuh, akibatnya nilai tukar atau indeks mudah berfluktuasi. U = Uncertenity dalam arti  tingkat ketidakpastian yang tinggi, akibatnya tingkat akurasi suatu keputusan semakin rendah. C = Complexity dalam arti  semakin complex, akibatnya pengambilan keputusan membutuhkan variabel yang lebih banyak. A =  Ambiquity dalam arti keputusan yang diambil mengandung nilai ambiqu atau dilema. T = Turbulance dalam arti sesuatu yang kita pandang kecil dalam suasana tenang mampu mengguncang bahkan mengubah keputusan yang sudah diambil. Untuk itulah dibutuhkan  Tuhan  atau suara Tuhan dalam diri pengambil keputusan. 

Contoh kasus,  Dilema pengambilan keputusan untuk menetapkan Komjen Budi Gunawan sebagai Kapolri. Situasi turbulence di ruang publik, di rana politik dan hukum diantara kepentingan dan tekanan menambah kerumitan untuk mengambil keputusan yang ditunggu-tunggu publik secara Antusias. Jokowi  akhirnya mengusulkan calon Kapolri baru yaitu Komjen Badrodin Haiti  untuk disetujui DPR. Itulah alasan mengapa Antusiasme itu penting.   

How :  Bagaimana meningkatkannya  ?
1. Sensitivity. Melatih diri untuk meningkatkan sensitivitas mendengarkan suara hati nurani yang paling murni,  yaitu suara Tuhan.
2. Never Give Up. Bertumbuh dan berkembang melalui semangat pantang menyerah.
3. Authentic. Menjadi diri sendiri yang didorong oleh nilai nilai yang selaras antara nilai nilai  personal, nilai nilai profesional, nilai nilai korporasi dan nilai nilai publik.

5 Tantangan menjadi Antusias :
1. Mempertahankan  Passion. Kita harus memiliki passion atas apa yang dikerjakan. Passion artinya kita sangat menyukai dan bersemangat atas apa yang sedang dikerjakan. Rasa itu harus dibangun dan pertahankan saat bangun pagi hingga akan tidur. Passion itu akan menjaga antusias kita tetap tinggi walaupun sedang berada  dalam situasi sulit. Cintailah apa yang dikerjakan, maka antusiasme itu akan datang.

2. Bersyukur dalam situasi apapun. Salah satu cara untuk tetap antusias adalah selalu bersyukur atas apa yang telah kita miliki saat ini. Curahkan rasa syukur atas apa yang kita alami sekarang lalu ubah rasa syukur itu menjadi energi untuk menjadi semangat mengerjakan tugas kita. Kadangkala kita mudah melupakan berkah dan rezeki yang diberikanNya dan lebih mengingat kesulitan-kesulitan yang kita hadapi. Ingatlah setiap hal baik yang terjadi pada kita hingga saat ini dan bagaimana hal-hal kecil itu membuat diri kita yang sekarang. Bersyukur adalah cara yang paling ampuh untuk membuat kita antusias dalam hidup.

3. Berfikir positif. Antusiasme tidak dapat bertahan dalam lingkungan dan suasana yang negatif. Saat memandang sesuatu secara negatif, cepat atau lambat antusiasme yang kita miliki akan hilang. Selalu lihat dari sisi baik. Jadilah pribadi yang positif dalam setiap keadaan. Bahkan dalam situasi yang burukpun, ada sisi positif dan  hikmah yang bisa kita ambil. Antusiasme akan segera menglir dalam tubuh kita. Pertahankan selalu pandangan positif untuk mencapai tujuan yang sudah kita tetapkan.

4. Menjadi proaktif. Saat menjadi inisiator atas suatu hal maka itu akan menuntut perhatian dan energi kita. Di saat itulah antusiasme kita dapat menyala. Jadilah leader, beri inspirasi pada orang lain di sekitar Anda. Berilah insipirasi orang lain untuk sesuatu di mana kita memiliki passion. Melihat orang-orang di sekitar kita terinspirasi akan melipatgandakan antusiasme. 

5. Miliki semangat pertumbuhan. Keberhasilan hakikatnya adalah terus menyempurnakan kualitas pertumbuhan  dalam visi  dan misi yang telah di tetapkan. Artinya, kita selalu perlu berkembang dan menyempurnakan diri. Memastikan bahwa setiap hari kita semakin baik adalah cara yang penting untuk mempertahakankan antusiasme. Selalu di sadari bahwa setiap langkah dan setiap momen memiliki arti dan tujuan untuk hidup kita dan menjadi fondasi untuk sukses kita di masa depan. Semakin dekat kita dengan cita-cita semakin berat tantangannya. jadi, teruslah memperbaiki diri dan berkembanglah.

Learning Point :  Pembelajaran apa yang diharapkan dari  Antusiasme ini ? Dengan Antusiasme yang menyala-nyala,  diharapkan memiliki keyakinan dan philosopy to be the best untuk membangun semangat always the best. JHM

Artikel Terkait : Totalitas http://jhmanurung.blogspot.com/2015/02/totalitas.html

Selasa, 17 Februari 2015

Integrity

Salam Energize,
Integrity adalah selarasnya suatu keyakinan (belief) terhadap nilai-nilai yang dianut dengan pikiran (mind) dan perbuatan (action) dalam diri sanubari seseorang (The Telkom Way). 
Integrity itu ibarat kaca tembus pandang “Tidak ada yang tersembunyi”.

Video berikut ini memberi pemahaman praktis mengapa   integrity itu penting ? Mari kita saksikan video motivasional berikut ini :





Why :  Mengapa Integrity itu Penting ? Integrity itu penting untuk menjaga keseimbangan  hidup internal dengan eksternal, di rumah dengan diluar rumah, di kantor dengan diluar kantor, di komunitas dengan diluar komunitas sehingga tercipta transparansi, sinergi dan harmoni. Itulah alasan mengapa Integrity itu penting.



How :  Bagaimana meningkatkannya  ?
1. Keteladanan. Memimpin dengan contoh,  dalam arti melakukan yang baik dan benar walaupun tidak ada yang melihatnya.

2. Kepentingan. Fokus kepentingan bergeser kearah yang lebih besar dari kepentingan internal sendiri, sehingga tercipta  kepentingan pelanggan berada diatas segalanya.

3. Kejujuran dan konsistensi. Mempertahankan konsistensi perkataan dan perbuatan untuk menjalankan prinsip, kebijakan, hukum dan aturan yang berlaku.

5 Tantangan menjalankan Integrity : 
1:Membangun komunikasi terbuka. Kejujuran adalah contoh optimal integritas di tempat kerja. Kejujuran mendorong komunikasi terbuka antara pengusaha, pemimpin,  karyawan dan rekan kerja. Hal ini menyebabkan hubungan yang efektif dalam sebuah organisasi. Ketika pekerja jujur tentang berbagai aspek pekerjaan mereka yang perlu perbaikan, pengusaha dapat mengambil tindakan dan bantuan. Pengusaha yang terbuka tentang kebijakan perusahaan dan perubahan yang mempengaruhi organisasi yang lebih dapat dipercaya dari perspektif karyawan

2. Membangun akuntabilitas. Pengusaha , pemimpin dan karyawan dapat menampilkan integritas di tempat kerja melalui contoh perilaku atau keteladanan. Ketika individu menunjukkan keteladanan,  mereka menetapkan dasar untuk perilaku kerja yang sesuai. Keteladanan meningkatkan kesadaran pribadi, kepekaan terhadap orang lain dan akuntabilitas yang semuanya diperlukan untuk perilaku etis dan integritas. Contoh  para  manajer yang melakukan penilaian kinerja secara berkala memberi waktu yang cukup untuk meninjau kinerja karyawan untuk mempersiapkan evaluasi yang obyektif dan realistis. Manajer jujur dengan karyawan tentang kekuatan dan kelemahan mereka, dan menawarkan bimbingan dalam bentuk pelatihan dan pengembangan berdasarkan tujuan kinerja karyawan. Manajer yang memimpin dengan integritas tidak menutup-nutupi evaluasi karyawan demi menjadi populer atau disukai.

3. Membangun Kepercayaan. Menghormati orang yang bekerja dengan Anda mengungkapkan keinginan Anda untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat. Komunikasi sopan, interaksi yang tepat dan menghormati pikiran dan ide-ide rekan kerja 'menunjukkan kemampuan Anda untuk melihat melampaui kepentingan Anda sendiri untuk mencapai tujuan kerja tim yang berpusat. Ketika Anda berurusan dengan rekan kerja jujur dan hormat, Anda membangun tingkat kepercayaan dengan mereka. Orang-orang yang percaya dengan Anda akan menyebarkan berita kepercayaan kepada rekan-rekan mereka, dan karakter Anda akan menyebar seperti api.

4. Menjaga konsistensi. Konsisten berarti tetap pada pendirian. Orang yang konsiten adalah orang yang tegas pada keputusan dan pendiriannya tidak goyah. Konsisten bukan berarti sikap yang keras atau kaku. Orang yang konsisten dalam keputusan dan tindakan adalah orang yang memilih sikap untuk melakukan apa yang benar dengan tidak bimbang, karena keputusan yang diambil beradasarkan fakta yang akurat, tujuan yang jelas, dan pertimbangan yang bijak. Selalu ada harga yang harus dibayar untuk sebuah konsistensi dimulai dari penguasaan diri dan sikap disiplin.

5. Menjaga disiplin diri. Banyak orang keliru menggambarkan sikap disiplin sehingga menyamakan disiplin dengan bekerja keras tanpa istirahat. Padahal sikap disiplin berarti melakukan yang seharusnya dilakukan, bukan sekedar hal yang ingin dilakukan. Disiplin mencerminkan sikap pengendalian diri, suatu sikap hidup yang teratur dan seimbang. 

Learning Point :  Pembelajaran apa yang diharapkan dari  Integrity ini ? Dengan Integrity yang kuat diharapkan memiliki keyakinan dan philosopy to be the best untuk membangun semangat always the best. JHM







Kamis, 12 Februari 2015

Entropi pada Kultur Korporasi

Salam Energize,

Entropy pada Kultur Korporasi itu ibarat gol bunuh diri pada permainan bola kaki “Membuang energi dan gagal memenangkan pertandingan”. Entropy dapat diartikan sebagai perubahan atau transformasi. Energi yang keluar percuma dalam organisasi diukur oleh entropi pada kultur korporasi. Entropi dapat didefenisikan sebagai energi yang terpakai untuk kegiatan tidak produktif disebuah lingkungan kerja. Entropy menunjukkan tingkat konflik, friksi dan frustasi dilingkungan tersebut”

Budaya Perusahaan yang harus dikembangkan dimasa depan agar menjadi High Performance Organization. Budaya perusahaan ini dibangun diatas keselarasan nilai nilai personal (Personal Alignment), nilai nilai korporasi (System Alignment), keselarasan nilai nilai personal dengan nilai nilai korporasi (Value Alignment) dan keselarasan misi personal dengan misi korporasi (Mission Alignment).

Value Mapping adalah langkah awal memetakan dan mengukur  keselarasan tersebut agar tujuan perusahaan tercapai.  Konsep Value Mapping diperkenalkan oleh Barrett Value Center (http://www.valuescentre.com/culture/?sec=barrett_model&sub=cultural_entropy ) yang sudah berpengalaman mengukur entropi di ribuan organisasi di berbagai negara dengan memetakan dan mengukur Personal Value (PV). PV fokus pada menemukan tujuan dan makna hidup / bekerja serta pengembangan diri. Terlebih dulu mengukur Current Culture (CC). CC Fokus pada perubahan, pengembangan organisasi serta sistem dan proses bisnis dan mengukur Desire Culture (DC). DC fokus pada perubahan, pengembangan organisasi serta sistem dan proses bisnis : 


Masih segar dalam ingatan, gagalnya Brasil yang penuh dengan pemain bintang dengan skill individu diatas rata rata pemain lainnya. Faktanya, Brasil Selaku tuan rumah Piala Dunia 2014 gagal masuk final dan kalah telak 1-7 melawan Jerman. Mengapa bisa terjadi ?. Mari kita saksikan video berikut ini !!!






What ? Entropi berasal dari terminologi Termodinamika yang menunjukkan ukuran energi panas yang dikeluarkan oleh reaksi kimia (Chemistry). Energi yang keluar percuma  dalam organisasi di ukur oleh Entropi pada Kultur Korporasi. Chemistry  dari unsur unsur  unit organisasi ditentukan oleh derajat keterikatan dan kohesivitas yang   di ukur dengan indikator Engagement.


Why ?  Mengapa Entropy pada Kultur Korporasi itu Penting ? Globalisasi di Era digital mendefenisikan ulang pemahaman global (Globalisme)  kearah dunia tanpa batas (borderless) yang mendorong respons dunia ke arah Panca-Isme yaitu : Egoisme, Individualisme, Konsumerisme , Hedonisme dan Sosialisme, hal ini terlihat dari media semakin sosial dan dunia semakin datar (flat), akibatnya terjadi pergeseran dan perubahan perilaku ditingkat personal maupun korporasi.  Inilah alasan mengapa Entropy pada Kultur Korporasi itu penting.

Jim Collins bersama Jerry Porras dalam bukunya Built to Last, melakukan riset terhadap perusahaan-perusahaan yang mampu bertahan ratusan tahun dan bahkan berkembang dalam dunia bisnis yang begitu kompetitif. Perusahaan-perusahaan yang diteliti berusia lebih dari 80 tahun dan berlokasi di AS dan Eropa. Ternyata, perusahaan yang mampu mempertahankan kinerjanya adalah perusahaan visioner yang bertahan karena memiliki core values yang kuat.

Entropi pada kultur korporasi  berbanding terbalik dengan ketahanan. Ketika entropi pada kultur korporasi tinggi maka ketahanan rendah. Ketika entropi pada kultur korporasi  rendah maka ketahanan  organisasi tinggi. Ada empat  penyebab timbulnya entropi pada kultur korporasi.

Pertama : Kurangnya Penyelarasan Pribadi
Kurangnya keselarasan pribadi terjadi ketika kurangnya keselarasan
antara nilai-nilai individu dengan perilakunya, terutama
antara kelompok kepemimpinan. Ketika para pemimpin tidak dapat menampilkan kurangnya integritas personal nya maka akan kehilangan kemampuan  untuk membangun kepercayaan kesekitarnya. 

Kedua : Kurangnya Penyelarasan Struktural
Kurangnya keselarasan struktural terjadi ketika ada ketidakselarasan
antara nilai-nilai yang dinyatakan group, unit atau korporasi dengan  perilaku organisasi yang  tercermin dalam aturan, peraturan, struktur, dan sistem  yang dijalankan . Ketika kurang menghayati dan menjalankan  nilai-nilai yang dinyatakannya, maka ada kerugian  pada integritas kolektif atau korporasi. 

Ketiga : Kurangnya Penyelarasan Nilai-Nilai. 
Ini terjadi karena  Kurangnya nilai keselarasan  antara nilai-nilai  personal dan nilai-nilai  profesional yang menggambarkan nilai nilai kolektif atau korporasi. Indikatornya adalah timbul nya fragmentasi, pemisahan, dan membangun kerajaan kerajaan sektoral,  dimana kepentingan sektoral akan didahulukan dari kepentingan umum. Akibatnya akan frustrasi dengan kultur korporasi dan akan  menyebabkan kurangnya koherensi.

Keempat : Kurangnya Keselarasan Misi
Kurangnya keselarasan misi terjadi ketika ada ketidakselarasan antara tujuan atau misi  personal dengan tujuan atau misi group, unit dan korporasi.  Hal ini menyebabkan kurangnya fokus, kurangnya kejelasan, dan kurangnya keterikatan dan kohesivitas. Ketika tujuan organisasi tidak sejajar dengan tujuan individu, energi karyawan tidak dapat disalurkan
Searah dengan kebutuhan organisasi. Ketika  sama dan sebangun maka akan ada koherensi yang meningkatkan nilai penyelarasan. Kurangnya fokus dan kurangnya kepercayaan akan menyebabkan penurunkan ketahanan organisasi dan sekaligus menggambarkan tingginya nilai entropi pada kultur korporasi.

How :  Bagaimana mengaktifkannya ?
1. Values-Driven. Pemenuhan (Fullfilment) kebutuhan personal dan korporasi menuju tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, didorong oleh keselarasan nilai nilai personal dan nilai nilai korporasi. 

2. Solidity. Kekompakan atau soliditas tim dibangun diatas komitmen memenangkan pertandingan dan menahan keinginan menonjolkan keindahan permainan individu.

3. Productivity. Semangat produktivitas menciptakan gol harus tetap dibakar dan dipertahankan sumbunya menyala-nyala melalui energizing energizing. Pada saat yang sama berupaya mengurangi energi energi yang terbuang percuma.

Bagaimana mengatasi timbulnya entropi pada kultur korporasi  ? Barrett Value Center (http://www.valuescentre.com/culture/?sec=barrett_model&sub=cultural_entropy )  yang sudah berpengalaman mengukur entropi di ribuan organisasi di berbagai negara, mengidentifikasi 4 keselarasan (alignment) yang diperlukan untuk mengatasi entropi pada kultur korporasi yaitu:
Personal Alignment, yaitu keselarasan antar Nilai Pribadi (Personal Values) dengan Perilaku (Behaviour). Contoh orang yang memiliki nilai kejujuran sejalan juga dengan perilakunya.Structure Alignment, yaitu keselarasan antara Nilai Perusahaan (Corporate Values) dengan Sistem Organisasi (Organization System). Contoh perusahaan yang memiliki nilai integritas, transparan, terbuka, hal itu sejalan dengan sistem di perusahaan sehingga Good Corporate Government pun dijalankan.Values Alignment, yaitu keselarasan antara Nilai Pribadi (Personal Values) dengan Perusahaan (Corporate Values). 

Sebagai gambaran Entropi kurang dari 10% dapat dikategorikan korporasi itu sehat.
Entropi diantara 11% - 19% masuk kategori minor. Situasi ini  membutuhkan adjustment kultural dan struktural
Entropi diantara 20 % - 29% masuk kategori signifikan. Situasi ini membutuhkan transformasi kultural dan struktural serta pengembagan  leadership
Entropi diantara 30 % - 39% masuk kategori serius. Situasi ini  membutuhkan transformasi kultural dan struktural dan leadership  coaching/mentoring dan pengembangan leadership
Entropi diantara 40 % - 49% masuk kategori kritis. Situasi ini  membutuhkan transformasi kultural dan struktural, perubahan dalam  leadership, leadership coaching/mentoring dan pengembangan leadership
Entropi lebih dari 50% masuk kategori krisis, yang terancam bangkrut atau takeover.

Learning Point :  Memahami Entropi pada Kultur Korporasi akan membangun mental pemenang bagi tim yang berupaya memenangkan pertandingan. Sang juaralah yang mendapat tiket gratis untuk bermain di siklus kompetisi berikutnya. JHM
















Selasa, 10 Februari 2015

Work Life Balance

Salam Energize,

Jika kekayaan bisa membuat orang bahagia, tentunya Adolf Merckle, orang terkaya dari Jerman, tidak akan menabrakkan badannya ke kereta api.

Jika ketenaran bisa membuat orang bahagia, tentunya Michael Jackson, penyanyi terkenal di USA, tidak akan meminum obat tidur hingga overdosis.

Jika kekuasaan bisa membuat orang bahagia, tentunya G. Vargas, presiden Brazil, tidak akan menembak jantungnya sendiri.

Jika kecantikan bisa membuat orang bahagia, tentunya Marilyn Monroe, artis cantik dari USA, tidak akan meminum alkohol dan obat depresi hingga overdosis.

Jika kesehatan bisa membuat orang bahagia, tentunya Thierry Costa, dokter terkenal dari Perancis, tidak akan bunuh diri, akibat sebuah acara di televisi.

Ternyata, bahagia atau tidaknya hidup seseorang itu, bukan ditentukan oleh seberapa kayanya, tenarnya, cantiknya, kuasanya, sehatnya atau sesukses apapun hidupnya.

Tapi yang bisa membuat seseorang itu bahagia adalah dirinya sendiri... mampukah ia mau mensyukuri semua yang sudah dimilikinya dalam segala hal.

"Kalau kebahagiaan bisa dibeli, pasti orang-orang kaya akan membeli kebahagiaan itu. dan kita akan sulit mendapatkan kebahagiaan karena sudah diborong oleh mereka."

"Kalau kebahagiaan itu ada di suatu tempat, pasti di belahan lain di bumi ini akan kosong karena semua orang akan ke sana berkumpul di mana kebahagiaan itu berada ."

Untungnya kebahagiaan itu berada di dalam hati setiap manusia.
Jadi kita tidak perlu membeli atau pergi mencari kebahagiaan itu.

Yang kita butuhkan adalah HATI yang BERSIH dan IKHLAS serta PIKIRAN yang JERNIH, maka kita bisa menciptakan rasa BAHAGIA itu kapan pun, di manapun dan dengan kondisi apapun."

KEBAHAGiAAN itu milik "Orang-orang yang dapat BERSYUKUR."

"JIKA KAMU TIDAK MEMILIKI APA YANG KAMU SUKAI, MAKA SUKAILAH APA YG KAMU MILIKI SAAT INI.

INI ADALAH REFLEKSI YANG BANYAK BEREDAR DI MEDIA SOSIAL.
Ada kesadaran bahwa mengejar meaning/makna hidup jauh lebih utama dan penting dibandingkan hanya sekedar mengejar uang. Keseimbangan hidupdan kerja (Work Life Balance) menjadi ukuran baik secara individu, group, kolektif, perusahan maupun bangsa. Penelitian menunjukkan Work Life Balance berdampak pada produktivitas kerja.

PRODUCTIVITY = ATTITUDE x  TIME MANAGEMENT, artinya
Mengelola waktu    sangat penting untuk meningkatkan produktivitas yang mau dicapai agar memenuhi keseimbangan  antara hidup dan kerja. Bagaimana konsepnya ? Simak video berikut ini !!!





What : Apa itu Worklife Balance ? Worklife Balance itu ibarat Orkestra “Indah kalau seirama”



Why :  Mengapa Worklife Balance  itu Penting ?
Perkembangan alat komunikasi (Smart Phone) dan media komunikasi (Media Sosial) membangun dunia tanpa batas (Borderless). Perkembangan ini menuntut keseimbangan antara kerja profesional diantara kehidupan personal, karena batas batasnya menjadi kabur (blur). Waktu 24 jam sehari dan 7 hari seminggu (24/7) sulit untuk dipisahkan, apakah untuk kepentingan profesional atau kepentingan personal ? Inilah alasan mengapa Worklife Balance itu penting. 

How :  Bagaimana mengaktifkannya ?
1. Achievment. Pencapaian terbaik dipekerjaan (profesional) akan mendorong keinginan untuk memenuhi (fullfilment) pencapaian terbaik di level personal.

2. Happiness. Memahami betul alasan dan konsep yang jelas mengapa bahagia dan apa ukurannya. Dengan demikian akan memiliki keyakinan “apa saja yang dikerjakannya akan berhasil”

3. Adversity. Memiliki daya tahan yang cukup. Dalam arti ketika tekanan datang maka tekanan tersebut tidak sampai menggeser fokus sasaran tujuan profesional maupun tujuan personal.

5 Tantangan Work Life Balance
1. Time. Bagaimana mengelola waktu yang berkualitas ? Mengelola waktu  sangat penting untuk meningkatkan produktivitas. Waktu terbesar yang terbuang percuma saat ini  adalah tugas yang tak terduga (dan biasanya tidak penting). Selain itu, kita semua tahu bahwa dorongan untuk membaca email yang baru saja datang atau untuk mengintip pemberitahuan terbaru dari sosial media yang kita ikuti tidak disadari akan mengurangi waktu yang berkualitas.

2. Space. Bagaimana mengelola workspace real dan virtual space ? "Space" mengacu pada lingkungan kerja di kantor, rumah dan di  ruang virtual. Workspace mungkin bukan batas akhir, tetapi merupakan elemen penting untuk meningkatkan produktivitas kerja. Dengan pertimbangan kemajuan teknologi internet, beberapa perusahaan menemukan fakta bahwa membiarkan karyawan bekerja dari rumah memiliki keuntungan lain termasuk mengurangi waktu perjalanan, waktu makan siang lebih pendek dan hari-hari sakit lebih sedikit.



3. Integration.  Bagaimana mengintegrasikan pekerjaan ? Integrasi  pekerjaan dalam kehidupan bukan hanya tentang menemukan waktu di rumah untuk menangani tugas-tugas kerja dan menangani tugas-tugas rumah di tempat kerja, meskipun itu adalah persepsi populer. Alih-alih berpikir " pekerjaan  apa yang bisa diiintegras ke dalam kehidupan dirumah", fokus pada gambaran yang lebih besar: Mengintegrasikan semua bidang kehidupan kita dengan cara terbaik yang  bisa dilakukan. Tujuan akhir untuk mengoptimalkan bagaimana kita menggunakan waktu sehingga  kita dapat memenuhi semua kebutuhan  sehari-hari, baik dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan pribadi kita. 

4. Satisfaction. Bagaimana kepuasan kerja dapat dicapai ? Konsep kepuasan bukanlah perasaan, prestasi atau keberhasilan. Sebaliknya, kepuasan adalah sensasi yang lebih mengetahui pada tingkat inti kita menghabiskan waktu kita melakukan apa yang kita kerjakan. Kepuasan bukanlah pengalaman emosional sekilas atau mencapai tonggak profesional atau pribadi tertentu. Ini adalah siapa kita, setiap hari, apakah kehadiran kita bermakna , apakah semua itu dianggap sebagai bekerja, pengasuhan, kegiatan rekreasi, atau sebaliknya. Kita adalah makhluk hidup secara keseluruhan, bukan serangkaian pengalaman sehari-hari yang  terkotak kotak. 

5. Organization. Apakah  perusahaan tempat dimana bekerja benar benar memiliki nilai nilai work life balance ? Saat ini, semakin banyak perusahaan yang menyadari pentingnya nilai nilai work life balance, sehingga  dapat menemukan pilihan yang baik di banyak industri yang berbeda atau berpeluang untuk dual career tanpa melanggar aturan perusahaan, bahkan perusahaan membuat aturan dan mendorong terciptanya iklim dual career.

TESTIMONI : PELAJARAN DARI BEN: TENTANG MENJADI AYAH

Sore ini saya mengikuti sebuah seminar di kampus saya, Monash University, bersama Dr. Ben Wellings. Di usianya yang relatif muda, Ben dikenal sebagai seorang ahli dalam bidang politik dan sejarah Eropa dengan reputasi yang sangat baik. Sore ini, puluhan orang memenuhi mini-theatre berkapasitas sekitar 120 orang, khusus untuk mendengarkan ceramahnya.

Di tengah-tengah seminar, saat Ben dengan semangat menjelaskan sejarah nasionalisme di Eropa, saat semua orang khusuk menyimak, tiba-tiba telepon genggamnya berdering. Tentu saja dia merasa bersalah, "Maaf itu bunyi telepon saya," katanya. Lalu ia bergegas mengambil handphone-nya dari tas. Ia tampak ingin segera mematikan dering itu, tetapi nama yang muncul di layar menghentikannya.

"Ini dari anak saya," katanya kepada hadirin, "Bolehkah saya mengangkatnya sebentar saja?"

Para hadirin tersenyum sambil mengiyakan.

Lalu dengan rikuh Ben mengangkat teleponnya. Karena ruangan seminar begitu hening, kami bisa mendengarkan suara anak laki-lakinya di balik telepon.

"Hi, Dad!" Seru bocah di balik telepon.

"Hi!" Ben menjawab sambil merasa tidak enak pada kami semua, "What’s happened? Are you, OK? I'm in a lecture." Suara Ben khawatir.

Seolah tak menghiraukan apa yang sedang dilakukan ayahnya. Anak laki-laki itu terdengar terus berbicara sambil merengek. Tentu saja kami tak bisa mendengar pembicaraannya dengan jelas. Tetapi kami mengerti apa yang sedang anak itu minta dan tanyakan kepada ayahnya setelah mendengarkan respons Ben,

"Yes, honey," jawab Ben sambil tersenyum, "You can have fried rice..."

Ben menatap ke arah kami dengan senyum lebar. Kami seketika tertawa.

Tak lama Ben menutup teleponnya, "Jangan membuat ibumu marah. Ayah pulang sebentar lagi," katanya di akhir percakapan.

Kami masih tertawa dan tersenyum-senyum ketika Ben menutup teleponnya sambil memasang mode ‘silent’. "Maaf," katanya dengan rikuh, "Beginilah jadi seorang ayah. Mungkin kita seorang ahli dalam bidang tertentu, tapi bagi anak-anak di rumah, kita hanyalah seorang ayah… dan di antara pertanyaan yang perlu dijawab seorang ayah adalah bolehkah anaknya makan nasi goreng untuk makan malam?"

Kami semua tertawa. Lalu Ben melanjutkan ceramahnya. “OK, let’s back to the political scientist mode!” Katanya.

Hari ini, saya mendapatkan pelajaran baru tentang menjadi ayah. Siapapun kita di luar, sehebat apapun kita di mata orang-orang… Bagi anak-anak kita, kita tetaplah seorang ayah… Dan ayah yang hebat bukanlah seorang presiden, pengusaha kaya raya, tokoh masyarakat, atau orang penting di kantor… Ayah yang hebat adalah ayah yang benar-benar menjadi ayah bagi anak-anaknya.

Mari menjadi ayah yang hebat!

Learning Point :  Pembelajaran apa yang diharapkan dari   Worklife Balance ? Keseimbangan kerja profesional dan tuntutan kebutuhan personal akan mendorong peningkatan indeks kepuasan kerja. Peningkatan ini akan berdampak pada peningkatan hasil usaha. JHM

Artikel Terkait : Entropy http://jhmanurung.blogspot.com/2015/02/entropi-pada-kultur-korporasi.html 








Kamis, 05 Februari 2015

Kolaborasi Digital

Salam Energize,

Kolaborasi digital memungkinkan perusahaan untuk berbagi masalah untuk mendapatkan solusi kolaborasi berbasis web. Bagaimana konsepnya ? Simak Video berikut ini :






Apa itu kolaborasi ? Kolaborasi itu ibarat mata air “Lebih Baik Memberi Daripada Menerima”


Why :  Mengapa Kolaborasi itu Penting ?
Memberi berarti memproduksi, jika hasil produksi suatu bangsa, komunitas, perseroan atau perseorangan lebih besar dibanding komsumsinya maka terjadi apa yang disebut Surplus. Ini artinya sehat dan kuat karena spirit kolaborasi.

How :  Bagaimana mengaktifkannya ?
1.Kebermaknaan. Walaupun mata air itu kecil selalu berguna. Demikian juga dengan manusia walaupun kecil peranannya tetap bermakna bagi sesama.

2. Pengalaman. Mata air yang sudah melewati batu batuan akan lebih banyak mengandung mineral. Demikian juga manusia, ketika banyak melewati asam-garam kehidupan maka akan lebih banyak mengandung pengalaman.

3. Pemurnian. Mata air yang yang disukai adalah mata air yang murni. Demikian juga dengan manusia akan lebih disukai ketika ada proses untuk memurnikan dan memancarkan kebaikan dari dalam dirinya.

Lima tantangan  kolaborasi digital :
1. Libatkan pelanggan dan partner. Melibatkan, beragam kelompok besar orang dalam pemecahan masalah kolaboratif. Penelitian menunjukkan bahwa keuntungan yang signifikan timbul dari orang-orang dengan beragam pendekatan pemecahan masalah, latar belakang, dan pengalaman pribadi. Bahkan, mereka yang tidak diperhitungkanpun sering lebih berhasil karena mereka melihat masalah dari prespektif yang segar

2. Menyediakan tujuan yang jelas.  Memberikan tantangan khusus untuk,  misalnya, meminta karyawan untuk mengidentifikasi produk green teknologi baru yang dapat menghasilkan jumlah pendapatan tertentu dalam pendapatan selama periode tertentu. Sebuah tujuan eksplisit harus memberikan karyawan organik, komunitas,  pelanggan dan partner untuk membuka inovasi yang belum dimanfaatkan.

3. Memotivasi untuk berpartisipasi.  Partisipasi lebih mungkin maksimal menghasilkan pada perusahaan yang memiliki lingkungan usaha yang saling percaya, di mana karyawan terlibat dan didorong untuk berkontribusi.

4. Luangkan waktu untuk berinovasi. Perusahaan sering meminta karyawan untuk berinovasi, namun banyak yang tidak mau memberikan mereka waktu untuk melakukannya. Penelitian telah menunjukkan korelasi langsung antara tim yang diberi waktu untuk berinovasi dan orang-orang yang menyampaikan ide ide untuk kolaborasi digital. Sebagai contoh, Google, yang memungkinkan para insinyur untuk menghabiskan 20% waktu mereka bekerja pada proyek-proyek sisi pribadi, sebuah inisiatif yang telah menghasilkan produk-produk seperti Gmail, Google News, dan AdSense. Ini bukti pepatah Google lama dipegang: Izinkan mereka untuk kebebasan berpikir dan berindak, dan orang-orang akan mengejutkan Anda.

5. Jangan membuang ide. Khalayak yang beragam akan memberikan solusi yang beragam, dan saran yang paling layak dan menjanjikan secara finansial biasanya akan menang. Tapi itu bukan berarti usulan lain kegagalan. Kunci untuk berhasil mendorong inovasi adalah kemampuan untuk mengubah kegagalan menjadi pelajaran dan keberhasilan di masa depan. 

Learning Point :  Pembelajaran apa yang diharapkan dari  spirit kolaborasi ini ? Spirit kolaborasilah yang membedakan suatu bangsa dengan bangsa lainnya, suatu komunitas dengan komunitas lainnya, korporasi dengan korporasi lainnya, perseorangan dengan perseorangan lainnya melalui semangat lebih baik memberi daripada menerima. (JHM)

Artikel terkait : Work Life Balance http://jhmanurung.blogspot.com/2015/02/work-life-balance.html 







Minggu, 01 Februari 2015

KULTUR KORPORASI

Salam Energize,

Tahukah Anda Kultur Korporasi = Persepsi x Pengalaman. 
Persepsi dalam arti konsepsi atau imaginasi dan pengalaman dalam arti fakta keseharian kultur korporasi
Lebih jelas, simak video berikut ini :





Ibarat tenunan Kultur Korporasi itu menjadi perekat segala kepentingan


Why :  Mengapa Kultur Korporasi itu Penting ? 
Latar belakang, kebiasaan dan perilaku setiap orang itu berbeda dan cenderung dinamis mengikuti dinamika lingkungan. Agar indah seperti tenunan butuh perekat yaitu kultur yang dinamis. Itulah dasarnya mengapa kultur korporasi itu penting di era digital ini.

Fakta menunjukkan, saat ini lebih dari 50% angkatan kerja di isi oleh generasi Y. Bagaimana mengelolanya ? Bagaimana perilaku keseharian mereka ? 

How :  Bagaimana mengelolanya ?
1. Readyness. Seperti benang bersedia diwarnai
2. Unity. Bersedia diikat dan disatukan sesuai rancangan sang perancang
3. Continious Improvment. Hasil ikatan harus menunjukkan kekuatan. Dengan kata lain, titik lemah dalam tenunan harus disisipi dan diperbaiki.

7 Tantangan Kultur Korporasi di era digital :
Bagaimana Anda mengalami kultur perusahaan setiap hari? Apakah itu menginspirasi Anda atau apakah itu memukul Anda atau menghalangi jalan Anda ? Apakah kultur Anda kuat atau tidak menginspirasi Anda untuk mengatasi tantangan? Sangat penting untuk memahami apa yang mendorong terciptanya suatu kultur perusahaan  yang kuat ?. Apakah di dorongan oleh pemberdayaan? Apakah didorong dari arahan  pimpinan atau kolaborasi dengan sesama ?  Tujuh tantangan kultur korporasi di era digital. 

Tantangan pertama: Lingkungan. Membangun Iklim yang Dinamis. Kultur korporasi adalah sesuatu yang hidup dan berkembang. Ini didorong dan terinspirasi oleh kepemimpinan yang aktif terlibat dalam realita perjalanan  bisnis. Para pemimpin penuh semangat terlibat dan benar-benar peduli tentang peran perusahaan yang dipimpinnya. Mereka adalah komunikator yang hebat dan motivator yang memiliki  visi misi, nilai-nilai dan tujuan yang jelas, dan menciptakan lingkungan kerja menjadi hidup.

Tantangan kedua : Rendah hati.  Dibutuhkan kultur korporasi khusus untuk menjadi karyawan terlibat dan bersedia untuk bekerja ekstra.  Kerendahan hati adalah gratis, dan sesuatu yang setiap perusahaan dapat berinvestasi melalui praktek komunikasi terbuka dan tindakan rendah hati dari pimpinan tingkat tinggi untuk menunjukkan semua tugas penting.

Tantangan ketiga : Transparansi.  Transparansi adalah faktor utama dalam menentukan kebahagiaan karyawan. Ini tidak memerlukan biaya  apa pun kecuali waktu untuk terlibat dalam dialog dengan karyawan untuk berkomunikasi apa yang terjadi,  apa yang akan terjadi dan apa yang penting setiap hari.

Tantangan keempat : Konsistensi. Kultur korporasi terdiri dari praktek-praktek yang konsisten yang membangun suatu  irama sebuah perusahaan. Setiap bisnis memiliki irama, di mana perusahaan beroperasi sehari-hari. Kultur berbeda dari iklim. Kultur  mengacu pada bagaimana hal-hal yang bisa dilakukan sedangkan iklim menjelaskan bagaimana rasanya bekerja untuk orang. Kebiasaan dan rutinitas, sistem dan proses yang berperan dalam agenda perusahaan adalah apa yang menentukan kultur korporasi.

Tantangan kelima : Keselarasan. Keselarasan nilai korporasi dengan nilai personal. Itu salah satu hal untuk memiliki keyakinan dan nilai-nilai yang dijabarkan dengan keyakinan yang tulus, hidup dan menjadi model setiap hari di seluruh organisasi. Sangat penting bahwa departemen dan individu termotivasi dan terukur terhadap pemodelan nilai-nilai. Menciptakan kultur korporasi  yang didorong oleh nilai-nilai korporasi dijaga dengan komitment tinggi. Untuk sebuah organisasi untuk mewujudkan keselarasan budaya  korporasi dengan nilai nilai personal harus diberdayakan dan memahami apa yang diharapkan. 

Tantangan keenam : Tanggung Jawab Dan Akuntabilitas. Kultur korporasi  yang kuat memberdayakan orang-orang, mengakui bakat, dan menawarkan kerangka kerja untuk peran dan tanggung jawab yang sangat jelas. 

Tantangan ketujuh : Menerima Kegagalan.  Sebagian besar perusahaan yang berjalan pada kecepatan tinggi sering lupa untuk merayakan kemenangan mereka, baik besar dan kecil, dan mereka jarang memiliki waktu atau kerendahan hati untuk mengakui dan belajar dari kegagalan mereka. 

Learning Point :  Pembelajaran apa yang diharapkan dari  kultur korporasi ini ? Dengan kultur korporasi yang kuat diharapkan keindahan dan soliditas segala unsur yang membangun suatu harmoni yang indah sekaligus meningkatkan pendapatan usaha. JHM