Kamis, 12 Februari 2015

Entropi pada Kultur Korporasi

Salam Energize,

Entropy pada Kultur Korporasi itu ibarat gol bunuh diri pada permainan bola kaki “Membuang energi dan gagal memenangkan pertandingan”. Entropy dapat diartikan sebagai perubahan atau transformasi. Energi yang keluar percuma dalam organisasi diukur oleh entropi pada kultur korporasi. Entropi dapat didefenisikan sebagai energi yang terpakai untuk kegiatan tidak produktif disebuah lingkungan kerja. Entropy menunjukkan tingkat konflik, friksi dan frustasi dilingkungan tersebut”

Budaya Perusahaan yang harus dikembangkan dimasa depan agar menjadi High Performance Organization. Budaya perusahaan ini dibangun diatas keselarasan nilai nilai personal (Personal Alignment), nilai nilai korporasi (System Alignment), keselarasan nilai nilai personal dengan nilai nilai korporasi (Value Alignment) dan keselarasan misi personal dengan misi korporasi (Mission Alignment).

Value Mapping adalah langkah awal memetakan dan mengukur  keselarasan tersebut agar tujuan perusahaan tercapai.  Konsep Value Mapping diperkenalkan oleh Barrett Value Center (http://www.valuescentre.com/culture/?sec=barrett_model&sub=cultural_entropy ) yang sudah berpengalaman mengukur entropi di ribuan organisasi di berbagai negara dengan memetakan dan mengukur Personal Value (PV). PV fokus pada menemukan tujuan dan makna hidup / bekerja serta pengembangan diri. Terlebih dulu mengukur Current Culture (CC). CC Fokus pada perubahan, pengembangan organisasi serta sistem dan proses bisnis dan mengukur Desire Culture (DC). DC fokus pada perubahan, pengembangan organisasi serta sistem dan proses bisnis : 


Masih segar dalam ingatan, gagalnya Brasil yang penuh dengan pemain bintang dengan skill individu diatas rata rata pemain lainnya. Faktanya, Brasil Selaku tuan rumah Piala Dunia 2014 gagal masuk final dan kalah telak 1-7 melawan Jerman. Mengapa bisa terjadi ?. Mari kita saksikan video berikut ini !!!






What ? Entropi berasal dari terminologi Termodinamika yang menunjukkan ukuran energi panas yang dikeluarkan oleh reaksi kimia (Chemistry). Energi yang keluar percuma  dalam organisasi di ukur oleh Entropi pada Kultur Korporasi. Chemistry  dari unsur unsur  unit organisasi ditentukan oleh derajat keterikatan dan kohesivitas yang   di ukur dengan indikator Engagement.


Why ?  Mengapa Entropy pada Kultur Korporasi itu Penting ? Globalisasi di Era digital mendefenisikan ulang pemahaman global (Globalisme)  kearah dunia tanpa batas (borderless) yang mendorong respons dunia ke arah Panca-Isme yaitu : Egoisme, Individualisme, Konsumerisme , Hedonisme dan Sosialisme, hal ini terlihat dari media semakin sosial dan dunia semakin datar (flat), akibatnya terjadi pergeseran dan perubahan perilaku ditingkat personal maupun korporasi.  Inilah alasan mengapa Entropy pada Kultur Korporasi itu penting.

Jim Collins bersama Jerry Porras dalam bukunya Built to Last, melakukan riset terhadap perusahaan-perusahaan yang mampu bertahan ratusan tahun dan bahkan berkembang dalam dunia bisnis yang begitu kompetitif. Perusahaan-perusahaan yang diteliti berusia lebih dari 80 tahun dan berlokasi di AS dan Eropa. Ternyata, perusahaan yang mampu mempertahankan kinerjanya adalah perusahaan visioner yang bertahan karena memiliki core values yang kuat.

Entropi pada kultur korporasi  berbanding terbalik dengan ketahanan. Ketika entropi pada kultur korporasi tinggi maka ketahanan rendah. Ketika entropi pada kultur korporasi  rendah maka ketahanan  organisasi tinggi. Ada empat  penyebab timbulnya entropi pada kultur korporasi.

Pertama : Kurangnya Penyelarasan Pribadi
Kurangnya keselarasan pribadi terjadi ketika kurangnya keselarasan
antara nilai-nilai individu dengan perilakunya, terutama
antara kelompok kepemimpinan. Ketika para pemimpin tidak dapat menampilkan kurangnya integritas personal nya maka akan kehilangan kemampuan  untuk membangun kepercayaan kesekitarnya. 

Kedua : Kurangnya Penyelarasan Struktural
Kurangnya keselarasan struktural terjadi ketika ada ketidakselarasan
antara nilai-nilai yang dinyatakan group, unit atau korporasi dengan  perilaku organisasi yang  tercermin dalam aturan, peraturan, struktur, dan sistem  yang dijalankan . Ketika kurang menghayati dan menjalankan  nilai-nilai yang dinyatakannya, maka ada kerugian  pada integritas kolektif atau korporasi. 

Ketiga : Kurangnya Penyelarasan Nilai-Nilai. 
Ini terjadi karena  Kurangnya nilai keselarasan  antara nilai-nilai  personal dan nilai-nilai  profesional yang menggambarkan nilai nilai kolektif atau korporasi. Indikatornya adalah timbul nya fragmentasi, pemisahan, dan membangun kerajaan kerajaan sektoral,  dimana kepentingan sektoral akan didahulukan dari kepentingan umum. Akibatnya akan frustrasi dengan kultur korporasi dan akan  menyebabkan kurangnya koherensi.

Keempat : Kurangnya Keselarasan Misi
Kurangnya keselarasan misi terjadi ketika ada ketidakselarasan antara tujuan atau misi  personal dengan tujuan atau misi group, unit dan korporasi.  Hal ini menyebabkan kurangnya fokus, kurangnya kejelasan, dan kurangnya keterikatan dan kohesivitas. Ketika tujuan organisasi tidak sejajar dengan tujuan individu, energi karyawan tidak dapat disalurkan
Searah dengan kebutuhan organisasi. Ketika  sama dan sebangun maka akan ada koherensi yang meningkatkan nilai penyelarasan. Kurangnya fokus dan kurangnya kepercayaan akan menyebabkan penurunkan ketahanan organisasi dan sekaligus menggambarkan tingginya nilai entropi pada kultur korporasi.

How :  Bagaimana mengaktifkannya ?
1. Values-Driven. Pemenuhan (Fullfilment) kebutuhan personal dan korporasi menuju tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, didorong oleh keselarasan nilai nilai personal dan nilai nilai korporasi. 

2. Solidity. Kekompakan atau soliditas tim dibangun diatas komitmen memenangkan pertandingan dan menahan keinginan menonjolkan keindahan permainan individu.

3. Productivity. Semangat produktivitas menciptakan gol harus tetap dibakar dan dipertahankan sumbunya menyala-nyala melalui energizing energizing. Pada saat yang sama berupaya mengurangi energi energi yang terbuang percuma.

Bagaimana mengatasi timbulnya entropi pada kultur korporasi  ? Barrett Value Center (http://www.valuescentre.com/culture/?sec=barrett_model&sub=cultural_entropy )  yang sudah berpengalaman mengukur entropi di ribuan organisasi di berbagai negara, mengidentifikasi 4 keselarasan (alignment) yang diperlukan untuk mengatasi entropi pada kultur korporasi yaitu:
Personal Alignment, yaitu keselarasan antar Nilai Pribadi (Personal Values) dengan Perilaku (Behaviour). Contoh orang yang memiliki nilai kejujuran sejalan juga dengan perilakunya.Structure Alignment, yaitu keselarasan antara Nilai Perusahaan (Corporate Values) dengan Sistem Organisasi (Organization System). Contoh perusahaan yang memiliki nilai integritas, transparan, terbuka, hal itu sejalan dengan sistem di perusahaan sehingga Good Corporate Government pun dijalankan.Values Alignment, yaitu keselarasan antara Nilai Pribadi (Personal Values) dengan Perusahaan (Corporate Values). 

Sebagai gambaran Entropi kurang dari 10% dapat dikategorikan korporasi itu sehat.
Entropi diantara 11% - 19% masuk kategori minor. Situasi ini  membutuhkan adjustment kultural dan struktural
Entropi diantara 20 % - 29% masuk kategori signifikan. Situasi ini membutuhkan transformasi kultural dan struktural serta pengembagan  leadership
Entropi diantara 30 % - 39% masuk kategori serius. Situasi ini  membutuhkan transformasi kultural dan struktural dan leadership  coaching/mentoring dan pengembangan leadership
Entropi diantara 40 % - 49% masuk kategori kritis. Situasi ini  membutuhkan transformasi kultural dan struktural, perubahan dalam  leadership, leadership coaching/mentoring dan pengembangan leadership
Entropi lebih dari 50% masuk kategori krisis, yang terancam bangkrut atau takeover.

Learning Point :  Memahami Entropi pada Kultur Korporasi akan membangun mental pemenang bagi tim yang berupaya memenangkan pertandingan. Sang juaralah yang mendapat tiket gratis untuk bermain di siklus kompetisi berikutnya. JHM
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar