Kamis, 15 Januari 2015

DI BALIK SENYUMAN

Menurut sebuah artikel di harian The New York Times, tersenyum dapat menimbulkan perasaan yang menyenangkan. Penulis Daniel Goleman menyebutkan hasil sebuah eksperimen para peneliti yang mendapati bahwa mengatakan cheese [dilafalkan: 'ciz'] dapat membuat orang tersenyum dan menimbulkan perasaan senang. Sebaliknya, mengucapkan kata few [dilafalkan: 'fyu'] dapat menimbulkan ekspresi wajah yang berbeda, dan menimbulkan emosi yang negatif.

Hasil penelitian itu memang menarik, tetapi saya kira ada cara lain yang lebih baik untuk mendapatkan kedamaian dan sukacita yang sejati. Caranya bekerja dari dalam keluar, bukan dari luar ke dalam. Namun satu hal tantangan hidup saat ini adalah bagaimana menyenangkan dan membuat sang Pencipta tersenyum. Selamat๐Ÿ˜Š berweekend ria. JHM

Renungan Pagi
Bob Butler kehilangan kakinya dlm sebuah ledakan ranjau darat di Vietnam th 1965.
Ia kembali ke AS sbg pahlawan perang.
20 th kemudian,
ia membuktikan sekali lagi bahwa kepahlawanannya berasal dari hati.
Saat musim panas,
ia mendengar jeritan seorang wanita dari sebuah rumah di dekatnya.
Ia mulai menggulirkan kursi rodanya menuju rumah,
tapi semak² rimbun tdk bisa membuatnya masuk melalui pintu belakang.
Lalu ia turun dari kursi rodanya & mulai merangkak melewati sampah & semak².
Ketika Butler tiba di kolam renang ada seorang gadis 3 th, Stephanie Hanes, tercebur ke dlmnya.
Ia lahir tanpa lengan & jatuh ke dalam air,
padahal tdk bisa berenang.
Ibunya berdiri berteriak panik.
Butler terjun ke dasar kolam & membawanya naik.
Wajahnya membiru, tdk ada denyut, & tdk bernapas.
Butler segera melakukan pernapasan buatan untuk  mencoba membuatnya bernapas kembali,
“Saya sudah menjadi tangannya untuk keluar dari kolam renang.
Kini, saya menjadi paru²nya.
Mari, kita ber-sama² membuatnya.”

Beberapa detik kemudian gadis kecil itu batuk², sadar kembali, & mulai menangis.
Sang ibu bertanya kpd Butler,
”bagaimana anda tau kalo anak saya akan baik² saja?”

“Saya tdk tau, tapi saat kaki saya meledak di medan perang, saya sendirian.
Tak ada seorangpun yg membantu saya, kecuali seorang gadis Vietnam.
Ia berjuang menyeret saya ke desanya,
ia berbisik dlm bahasa Inggris yg ter-patah²,
‘Tidak apa², Anda dpt hidup lagi.
Saya akan mjd kaki Anda.
Ber-sama² kita buat itu.’

Kata² itulah yg membawanya harapan bagi jiwa saya,
& saya ingin melakukan hal yg sama u/ Stephanie.“

Ada saat kita tdk bisa berdiri sendiri.
Ada saat kita membutuhkan seseorang u/ mjd kaki, tangan, & teman kita.
Tapi ada saat juga kita mjd kaki atau tangan bagi org lain.
Pastikan hidup kita berguna antara satu dgn yg lainnya !!!

Selamat pagi dan selamat hari minggu.... ๐Ÿ‘☝๐Ÿ™

Mengapa Bangsa Asia Tidak Se Kreatif Barat

Prof. Ng Aik Kwang dari University of Queensland, dalam bukunya “Why Asians Are Less Creative Than Westerners” (2001) yang dianggap kontroversial tapi ternyata menjadi “best seller”. (www.idearesort.com/trainers) mengemukakan beberapa hal tentang bangsa2 Asia yg telah membuka mata & pikiran banyak orang:


1. Bagi kebanyakan orang Asia, dlm budaya mereka, ukuran sukses dalam hidup adalah banyaknya materi yang dimiliki (rumah, mobil, uang dan harta lain). Passion (rasa cinta terhadap sesuatu) kurang dihargai. Akibatnya, bidang kreativitas kalah populer oleh profesi dokter, lawyer, dan sejenisnya yang dianggap bisa lebih cepat menjadikan seorang untuk memiliki kekayaan banyak.

2. Bagi orang Asia, banyaknya kekayaan yang dimiliki lebih dihargai daripada CARA memperoleh kekayaan tersebut. Tidak heran bila lebih banyak orang menyukai cerita, novel, sinetron atau film yang bertema orang miskin jadi kaya mendadak karena beruntung menemukan harta karun, atau dijadikan istri oleh pangeran dan sejenis itu. Tidak heran pula bila perilaku koruptif pun ditolerir/diterima sebagai sesuatu yg wajar.

3. Bagi orang Asia, pendidikan identik dengan hafalan berbasis “kunci jawaban” bukan pada pengertian. Ujian Nasional, tes masuk PT dll semua berbasis hafalan. Sampai tingkat sarjana, mahasiswa diharuskan hafal rumus-rumus Imu pasti dan ilmu hitung lainnya bukan diarahkan untuk memahami kapan & bagaimana menggunakan rumus-rumus tsb

4. Karena berbasis hafalan, murid2 di sekolah di Asia dijejali sebanyak mungkin pelajaran. Mereka dididik menjadi “Jack of all trades, but master of none” (tahu sedikit sedikit ttg banyak hal tp tidak menguasai apapun).

5. Karena berbasis hafalan, banyak pelajar Asia bisa jadi juara dalam Olimpiade Fisika & Matematika. Tapi hampir tidak pernah ada orang Asia yg menang Nobel atau hadiah internasional lainnya yg berbasis inovasi & kreativitas.

6. Orang Asia takut salah (KIASI) & takut kalah (KIASU). Akibatnya sifat eksploratif sebagai upaya memenuhi rasa penasaran & keberanian utk mengambil risiko kurang dihargai.

7. Bagi kebanyakan bangsa Asia, bertanya artinya bodoh, makanya rasa penasaran tidak mendapat tempat dalam proses pendidikan di sekolah.

8. Karena takut salah &  takut dianggap bodoh, di sekolah atau dlm seminar atau workshop, peserta jarang mau bertanya tetapi setelah sesi berakhir peserta mengerumuni guru/narasumber untuk minta penjelasan tambahan.

Dalam bukunya Profesor Ng Aik Kwang menawarkan beberapa solusi sbk:

1. Hargai proses. Hargailah orang karena pengabdiannya bukan karena kekayaannya.

2. Hentikan pendidikan berbasis kunci jawaban. Biarkan murid memahami bidang yg paling disukainya.

3. Jangan jejali murid dengan banyak hafalan, apalagi matematika. Untuk apa diciptakan kalkulator kalau jawaban utk X x Y harus dihafalkan? Biarkan murid memilih sedikit mata pelajaran tp benar-benar dikuasainya.

4. Biarkan anak memilih profesi berdasarkan  passion (rasa cinta)nya pada bidang itu, bukan memaksanya mengambil jurusan atau profesi tertentu yg lebih cepat menghasilkan uang.

5. Dasar kreativitas adalah rasa penasaran berani ambil resiko. AYO BERTANYA!

6. Guru adalah fasilitator, bukan dewa yang  tahu segalanya. Mari akui dengan bangga kalau KITA TIDAK TAHU!

7. Passion manusia adalah anugerah Tuhan..sebagai orang tua kita bertanggung-jawab utk mengarahkan anak kita utk menemukan passionnya & mensupportnya.

Mudah2n dengan begitu, kita bisa memiliki anak-anak & cucu yang kreatif, inovatif tp jg memiliki integritas & idealisme tinggi tanpa korupsi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar